watch sexy videos at nza-vids!
www.bennyx.wap.sh

Setelah sampai di apartement, Karen pulang tanpa ditemanin pacar-nya. Aku tanya kepada-nya mengapa pacar-nya hari ini tidak menginap saja di apartment kita. Karen bilang bahwa orang tua pacar-nya baru datang dari Indonesia, jadi dia harus banyak menemani orang tua-nya. Setelah itu aku tidak menanyakan yang macam-macam lagi tentang kemana pergi-nya pacar Karen. Malam itu Karen seperti suster pribadi-ku. Karen menyuapi aku makan, sambil mengajak aku ngobrol. Setelah makan Karen membasuh dada dan punggung-ku dengan handuk hangat yang setengah basah. Setelah kering, Karen mengosok dada dan punggung-ku dengan minyak kayu putih sambil diurut-urut sedikit. Aku merasa nyaman dan damai dibuat-nya. Setelah aku meminum obat, aku kembali tidur. Karen tidak segera meninggalkan kamar-ku, melainkan menemani-ku sampai aku tertidur lagi. Dia duduk di atas ranjang-ku sambil menonton dvd di kamar-ku sambil membelai rambut-ku. Entah mengapa, saat itu aku ingin sekali menangis. Aku terharu dengan perlakuan Karen terhadap diri-ku, mirip perlakuan seorang ibu dengan anak-nya. Aku merasa damai, dan tidak kesepian. Belaian jari jemari Karen di rambut-ku telah membuat-ku terbuai, dan tidak lama setelah itu aku tertidur pulas. Mungkin karena effect obat itu juga, otot-otot tubuh-ku terasa lemah dan mengantuk. Aku sudah tidak sadar berapa lama aku tertidur pulas. Sekitar jam 4 pagi aku terbangun. Aku harus buang air kecil. Ketika aku beranjak dari tempat tidur, aku terlihat Karen telah mengenakan piyama lengkap dan tertidur sambil dalam posisi duduk bersandar di tempat tidur-ku dengan tv yang masih menyala, tapi film dvd yang diputar telah selesai. Dengan segera aku matikan tv dan dvd player, dan menuju ke toilet. Setelah buang air kecil, aku segera kembali ke kamar-ku. Kulihat wajah Karen sungguh manis, meskipun masih tertidur lelap. Aku tidak pernah menyadari bahwa Karen semanis ini. Kulihat rambut-nya yang lembut, dan sesekali kucium rambut-nya, harum sekali bau-nya. Kurebahkan Karen, agar dapat tidur dengan posisi yang benar. Aku pun ikut tidur di samping Karen. Kali ini aku yang membelai rambut-nya, dan sesekali mencium rambut-nya. Saat itu, perasaan aku menjadi tidak menentu, karena aku sudah tidak mengerti lagi perasaan sayang yang bagaimana yang harus aku perbuat terhadap Karen. Tidak berhenti-hentinya aku membelai rambut-nya, sampai akhir-nya aku tertidur kembali. Pagi hari-nya, tepat jam 9an, aku terbangun dan Karen sudah tidak ada di samping-ku. Kulihat sepiring bubur yang mulai mendingin, dan segelas air beserta obat flu & demam di atas lemari kecil di sebelah ranjang-ku. Kubaca note kecil dari Karen, “Kak Ditto harus makan yah?! Jangan telat makan lagi, nanti sakit maag. Abis makan, diminum obat-nya. Kalo masih pening atau demam, tidur lagi. Hari ini kak Ditto jangan masuk kantor dulu, badan kak Ditto pasti masih lemas. Ntar malam Karen mau masak’in kak Ditto sup.”. Aku tersenyum simpul setelah membaca note kecil dari Karen. Aku masih bersyukur karena masih ada Karen yang bisa merawat aku di saat-saat seperti ini. Karena terlalu banyak tidur, aku susah tidur kembali, jadi aku akhir-nya memutuskan untuk browsing Internet dan chatting ama teman-teman di msn dengan laptop-ku. Sewaktu aku online di msn, aku melihat Karen sedang online juga. “Hello, Karen!”, sapa-ku. “Kak Ditto kok belon tidur?! Ntar ngga sembuh-sembuh loh!”, jawab Karen. “Aku dah ngga bisa bobok lagi. Semalam dah kebanyakan bobok. Oh ya, thank you dan sorry yah dah ngrepotin Karen semalem.”, kata-ku lagi. “Husss…ngga perlu bilang sorry. Kak Ditto kan dah seperti saudara Karen sendiri. Jadi ngga perlu sungkan-sungkan lagi ama Karen. Tapi jangan lupa, ntar kalo dah sembuh traktir Karen yah. Hihihi…”, kata Karen. “No problem.”, jawab-ku langsung. “Trus ntar malam Karen mau masak sup apa?”, tanya-ku lagi. “Sup apa yah? … Karen belum kepikiran sih. Tapi yang pasti dijamin enak deh.”, kata Karen meyakinkan. “Karen ngantuk ngga sekarang? Semalem Karen tidur-nya pasti tidak nyenyak kan? Abis-nya nungguin aku sampai ketiduran.”, kataku. “Lho, kak Ditto kok tau kalo Karen ketiduran di kamar kak Ditto?”, tanya-nya heran. “Pagi-pagi buta aku bangun, kebelet pipis, trus aku lihat Karen ketiduran di ranjang dengan tv yang masih menyala.”, jawab-ku. “Kok kak Ditto tidak gendong Karen kembali ke kamar Karen sih. Hayo diapain Karen ama kak Ditto semalem.”, canda-nya genit. “Kalo aku ngga sakit pasti Karen dah aku gendong kembali ke kamar. Semalem juga aku dah ngga kuat, badan lemas, gimana mau ngerjain Karen. Hehehehe…”, jawab-ku sambil bercanda. “Genit ah kak Ditto, awas yaa…ntar Karen ngga masakin lagi buat kak Ditto”, canda-nya lagi. “Sorry, sorry Karen. Kan bercanda aja. Ngomong-ngomong Karen kerja dulu deh, jangan ketahuan boss Karen chatting melulu, ntar diturunin gaji Karen. Aku juga mau browsing bentar, check emails, trus kembali bobok atau nonton dvd lagi.”, kataku lagi. “Sip deh, kak Ditto banyak istirahat yah. Ntar dia ngga nginep lagi. Dia mau ajak papa mama-nya shopping. Kan hari ini hari Jumat. Karen bakalan pulang awal juga deh, demi kak Ditto. Hihihihi…jgn GR yahhh…Karen emang pengen pulang pagi kok.”, canda-nya sekali lagi. “No problem Karen. See you at home”, kataku sebelum logout dari msn. Hari itu begitu menyenangkan. Karen terdengar riang sekali. Aku bersyukur karena aku masih tinggal bersama Karen. Meskipun Karen adalah kakak dari bekas pacar-ku, aku mengganggap-nya sebagai saudara sendiri, dan juga teman yang paling baik. Bahkan kadang-kadang aku lupa kalo Karen itu kakak dari bekas pacar-ku. Tiba-tiba handphone aku berbunyi. Ternyata teman kantor aku yang menelpon, menanyakan keadaan-ku. Aku bilang pada-nya bahwa aku sudah mendingan jauh dibandingkan hari kemarin-nya, dan akan kembali ke kantor lagi hari Senin depan (tentu saja hari Sabtu dan Minggu kantor aku tutup kerja). Dan juga meminta teman kantor-ku untuk menyampaikan pesan ini kepada manager-ku. Setelah itu aku kembali nonton dvd, dan tidak lama kemudian aku tertidur kembali sampai jam 6 sore. Kali ini aku bangun dengan keadaan segar bugar, badan-ku basah kuyup dengan keringat. Aku sudah tidak pening lagi. Setelah bangun, aku melihat keluar, ternyata Karen belum kembali dari kantor-nya. Akhir-nya aku memutuskan untuk mandi. Sudah 2 hari aku belum mandi, meskipun semalam sebelum-nya badan-ku telah dibilas dengan handuk hangat setengah basah. Namun perasaan-ku seperti-nya masih kotor, dan harus cepat mandi, biar merasa bersih dan segar. Seabis mandi, aku melihat Karen telah pulang dari kantor-nya dengan membawa banyak belanjaan. Aku tanyakan kepada-nya buat apa belanja sebegitu banyak kalo hanya untuk 2 orang saja. Karen bilang kalo dia banyak belanja buah-buahan segar dan juga untuk weekends. Dia memilih untuk tinggal di apartment saja selama weekends ini. Seminggu ini Karen lumayan jenuh dengan pekerjaan kantor-nya. Dia bilang banyak tontonan dvd yang masih belon ditonton-nya. Karen sibuk banget menyiapkan makan malam, dan aku duduk santai di ruang tamu. Kebetulan ruang tamu dan dapur menyambung menjadi satu, jadi kami bisa mengobrol. Aku banyak menanyakan tentang pekerjaan Karen hari ini, dan menanyakan kabar pacar Karen. Kami asyik mengobrol sampai kami selesai makan malam. Sup masakan Karen benar-benar sedap, seperti kualitas restaurant. Tidak jarang aku memuji sup dia malam itu. Semenjak aku putus dengan Lisa, Karen tidak pernah menyinggung atau menceritakan kabar tentang adik-nya di depan-ku. Mungkin Karen merasa tidak enak, dan mungkin bisa membuat aku sedih atau bahkan marah. Sikap-nya yang begitu baik dan tetap menganggapku seperti saudara sendiri, membuat-ku respect terhadap-nya. Setelah selesai makan malam, Karen memberiku obat lagi. Aku bilang pada-nya kalo aku sudah tidak demam lagi, dan merasa segar seperti biasa-nya. Tapi Karen tetap memaksa aku untuk meminum obat-nya. Setelah kuteguk obat-nya, Karen bilang kepadaku akan mengusap dada dan punggung-ku dengan minyak kayu putih lagi setelah dia selesai mandi. Aku paling suka dengan minyak kayu putih, bau-nya benar-benar aku sukai. Tawaran Karen tentu saja tidak aku tolak. Setelah selesai mandi, dan mengeringkan rambut-nya, Karen masuk ke kamar tidur-ku sambil membawa dvd. Malam itu Karen mengenakan piyama lengkap tebal dan tertutup. Maklum bulan ini adalah bulan pertengahan musim dingin di Australia, jadi apartment kami cukup dingin. Aku dengan segera menyalakan pemanas di kamar, agar Karen tidak kedinginan. Karen membawa dvd film drama Korea pinjaman dari teman-nya. Aku bilang pada-nya kalo film drama seri Korea/Jepang bisa membuat kita semua menyandu. “Kak Ditto, buka kaos dong. Karen usap punggung kak Ditto ama minyak kayu putih.”, kata-nya. Aku buka kaos-ku dan merebahkan tubuh-ku dengan posisi telungkup. Karen menindihku dengan posisi duduk di atas pinggang-ku. Kemudian dia melumuri punggungku dengan minyak kayu putih dan memijat-mijat lembut. Dia tidak banyak bicara, karena Karen sedang menonton dvd juga. Aku memilih untuk tidak menonton dvd, tetapi menikmati pijatan Karen. “Sakit ngga?!”, tanya-nya. “Enak kok, Karen pinter sekali kalo mijitin yah?! Beruntung pacar Karen nih!”, canda-ku. “Ah, kak Ditto bisa aja”, jawab-nya malu-malu. www.bennyx.wap.sh Entah ada angin dari mana, tiba-tiba aku teringat tentang kejadian di pagi hari itu. Yang mana membuat aku menjadi gelisah kembali, dan ingin mengatakan kepada-nya bahwa aku telah mengintip dia mandi, dan ingin meminta maaf atas kejadian itu. “Karen, aku pengen confess sesuatu nih!”, kata-ku dengan deg-degan. “Mau confess apa kak Ditto? Kak Ditto punya pacar lagi yah?! Siapakah wanita yang beruntung kali ini?!”, canda-nya. “Kalo aku punya pacar lagi, aku mau cari yang seperti Karen dong. Yang baik dan care ama aku.”, goda-ku kali ini. “Kak Ditto genit ah…Karen cubit nih!”, kata-nya manja sambil mencubit punggung-ku. “Trus kak Ditto mau confess apa ama Karen?! Karen jadi penasaran nih!”, lanjut-nya lagi. “Hmmm…aku cuman pengen menceritakan kejadian 3 tahun yang lalu. Tapi Karen janji dulu jangan marah apapun yang terjadi.”, kata-ku dengan nada memohon. “Tapi apa dulu kak Ditto, kalo Karen tidak sengaja marah bagaimana?!”, kata-nya bingung. “Iya deh, aku ngga akan menyalahkan Karen kalo Karen akan marah dengan confession ini. Ini totally hak Karen.”, sambung-ku cepat. “Ok deh, Karen mencoba untuk tidak marah, tapi Karen ngga janji apa-apa loh!”, jawab-nya dengan penuh penasaran. “Begini Karen, mungkin Karen tidak tahu sama sekali tentang kejadian ini. 3 tahun yang lalu sewaktu Karen masih bekerja di cafe, kita kan sering berangkat bersama-sama karena jadwal kerja Karen yang sama dengan aku. Nah, di sinilah kejadian.”, kata-ku terputus. “Iya, trus kenapa emang-nya kak Ditto?”, tanya-nya penasaran. “Saat itu aku tidak sengaja membuka kamar mandi, dan Karen ada di sana dan sedang mandi. Aku melihat Karen dalam keadaan terlanjang, dan aku termenung di sana sekitar 10 detikan. Seperti tersambar petir, dan termangu tanpa daya. Aku masih ingat betul apa yang aku liat. I am sorry, I am sorry, I am so sorry! Please forgive me! Kejadian ini selalu menganjal di hati, dan aku ngga pernah menceritakan ini kepada siapa pun. Once again I am so sorry.”, kata-ku memohon. Tiba-tiba Karen berhenti memijatku, tetapi posisi-nya tetap duduk di atas pinggang-ku. Aku tidak bisa melihat mimik wajah-nya, karena posisi-ku yang sedang telungkup membuat-ku susah menengok kebelakang. Aku kembali melanjutkan confession-ku lagi. “Setelah tidak sengaja melihat Karen sedang mandi, aku segera menutup pintu kamar mandi itu. Namun ada godaan setan telah memenangkan otak-ku. Aku kembali mengintip Karen lagi untuk beberapa lama. Karena inilah aku merasa sangat bersalah kepada Karen. Tapi ini hanya terjadi saat itu, dan sumpah deh aku ngga pernah ngintip Karen lagi setelah kejadian itu. I am so so sorry, and please forgive me!”, kata-ku memohon lagi. Karen tidak bergeming, dan tetap diam saja. Aku sudah ngga tau harus bagaimana lagi. Aku sudah pasrah aja, dan perasaan-ku bercampur aduk. Perasaan lega, takut dan juga malu. Tiba-tiba Karen memecahkan keheningan itu sambil berkata, “Kak Ditto enjoy ngga liat Karen yang sedang terlanjang?”. Pertanyaan ini membuat-ku kaget setengah mati. Tidak aku sangka Karen bisa mengucapkan pertanyaan seperti ini. Aku menjadi kelabakan dengan pertanyaan Karen yang simple itu. Otak-ku dibuat berputar-putar karena-nya. Bagaimana kalo kujawab begini, bagaimana kalo kujawab begitu. Jadi serba salah aku dibuat-nya. Akhir-nya kuberanikan diri dan menjawab sejujur-jujurnya, “Karena Karen cantik dan manis, aku suka memandang tubuh Karen waktu itu. Ini jawaban yang jujur dari hati loh.”. Karen hening sejenak, dan kemudian menjawab dengan nada terbata-bata, “Kalo kak Ditto suka…kenapa…kenapa kak Ditto ngga pernah bilang ama Karen.”. “Sudah ngga mungkin aku bilang tentang kejadian ini kepada siapa pun, terutama Karen sendiri. Kan ini sangat memalukan buat Karen. Tapi kejadian ini tidak ada yang tau, bahkan Lisa pun tidak pernah aku cerita’in tentang kejadian ini. The secret was safe with me, until today.”, jawab-ku lagi. Karen hening kembali. Aku melanjutkan kata-kataku kembali, “Karen sekarang boleh marah, sebel atau mau pukul juga ngga apa-apa. I deserve it.”. “Karen ngga akan pukul atau marah. Karen cuman merasa sedikit malu aja. Tapi karena orang yang liat kak Ditto, Karen suka aja, dan kak Ditto dah Karen maaf’in kok.”, kata-nya dengan nada kembali normal. “Sekarang kak Ditto harus jawab pertanyaan Karen lagi dengan jujur.”, sambung-nya. “No problem, Karen mau tanya apa pasti aku jawab dengan sejujur-jujurnya.”, jawab-ku. “Kalo kak Ditto tidak sengaja lagi melihat tubuh Karen yang sedang terlanjang baik itu di kamar mandi, di kamar Karen, atau di mana saja, apa yang bakalan kak Ditto perbuat, terutama ama Karen?!”, tanya-nya. “Wah, ini tricky question yah?!”, tanya-ku lagi bercanda. “Hmm…bisa dibilang begitu sih. Ayo jawab dulu dong, kalo salah jawab Karen jewer kuping kak Ditto biar merah.”, canda Karen lagi. Aku berpikir sejenak, dan kemudian menjawab, “Kalo kejadian seperti itu terulang kembali, kemungkinan besar aku bakalan terus melihat Karen yang sedang terlanjang. Tapi kali ini ngga perlu sembunyi-sembunyi lagi, karena aku bakalan langsung menyapa Karen dan memuji tubuh Karen yang indah.”. Tiba-tiba kuping-ku dijewer ama Karen sambil berkata “Kak Ditta genit banget nih!!!”. Kami berdua langsung tertawa terbahak-bahak, dan Karen menggitik ketiak bawah-ku. Geli sekali aku dibuatnya. Kemudian Karen bertanya lagi, “Menurut kak Ditto, Karen ama Lisa cakep mana? Pasti kak Ditto bilang cakep Lisa. Semua saudara-saudara Karen dan orang lain selalu bilang Lisa paling cakep. Kalo menurut kak Ditto bagaimana?”. “Karen, bisa ngga kalo Karen tidak menyebut nama Lisa lagi. Aku tau kalian memang bersaudara, tapi Lisa kan adik Karen, dan bekas pacar-ku, jadi lebih baik jangan dibahas yah?!”, pinta-ku. “Sorry kak Ditto, Karen nyesel ngomong begitu”, mohon-nya. “That’s ok, it’s not your fault.”, kata-ku menenangkan suasana. “Secara pribadi menurut-ku Karen cantik dan manis. Kulit Karen putih dan lembut. Mana ada kaum lelaki yang menolak kalo ditaksir ama Karen, bener ngga?! Pacar Karen itu hoki banget dapet Karen.”, lanjut-ku sambil menggoda. “Ah kak Ditto genit lagi nih. Karen jewer lagi kuping-nya biar kapok!”, jawab-nya tapi malah menggitik ketiak-ku lagi. Suasana kembali hening kembali, dan aku sudah ngga tau harus ngomong apalagi. Semua rahasia telah terbongkar, dan tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Tiba-tiba Karen memecah keningan kembali sambil berkata, “Karen sayang banget ama kak Ditto, tapi perasaan ini Karen tidak mengerti. Karen sayang juga ama pacar Karen, tapi perasaan dengan kak Ditto berbeda. Seperti-nya kak Ditto itu figur yang paling Karen respect, dan Karen kagumi.”. “Karen sedih banget sewaktu kak Ditto putus ama Lisa. Karen merasa kak Ditto dan Lisa itu pasangan yang paling perfect. Karen ngga mengerti apa yang Lisa pikirin sampai bisa memutusin kak Ditto.”, kata-nya. “Iya sudah lah, yang lalu biarlah berlalu yang penting sekarang pikirkan masa depan dan karir.”, jawab-ku seadanya. “Kak Ditto sayang ama Karen ngga?!”, tanya-nya lembut. “Jelas sayang banget. Karen orang yang paling aku sayang di Australia ini sekarang.”, jawab-ku secepatnya. Karen terdiam sejenak, kemudian bertanya, “Kita dengerin music yuk. Kak Ditto ada lagu-lagu lama ngga?”. “Ada sih, coba check di iTunes dan ke Oldies playlist. Di sana banyak sekali lagu jaman babe-babe kita masih muda. Hehehehe…”, jawab-ku bercanda. Karen beranjak dari ranjang-ku dan segera mematikan tv dan dvd player-nya. Kemudian Karen menyalakan music dari iTunes di Apple computer-ku. Terdengar alunan lagu dari pemusik Carpenter, dengan judul lagu-nya Close to You. Posisi tubuh-ku masih dalam posisi telungkup dengan terlanjang dada. Karen kembali duduk di atas pinggang-ku, dan kembali mengusap-usap punggungku yang mulai mengering dari lumuran minyak kayu putih. Tiba-tiba Karen berkata, “Karen mau kasih suprised, kak Ditto jangan kaget yah.”. “I love a surpised.”, jawab-ku singkat. Ternyata surpised kali ini benar-benar tidak tanggung-tanggung. Aku tidak menyangka kalo Karen bakalan melakukan hal ini. Sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelum-nya. Karen memeluk-ku dari belakang dan sangat terasa sekali payudara-nya menempel di punggung-ku. Kali ini aku bisa merasakan dengan jelas bahwa Karen memeluk-ku dari belakang dengan tubuh-nya yang terlanjang dada. Aku tidak tau sejak kapan Karen telah melepaskan piyama tidur dan bh-nya. Apakah sebelum atau sesudah Karen berkata ingin memberikan aku surpised, aku sudah tidak tau lagi. Tubuh-nya yang hangat begitu terasa disekujur pinggang-ku, dan tercium pula bau harum rambut-nya. Jantungku berdegup kencang, dan mulut-ku seakan-akan terkunci dan kaku.
Easy mobile site building
[-NEXT-]
Dibaca :13260X