watch sexy videos at nza-vids!
www.bennyx.wap.sh

Panggil saja aku Ditto, 28 tahun. Aku sekarang tinggal di Australia dan bekerja di perusahaan IT industry group yang cukup terpandang di sini. Aku hidup di negara kangguru ini lebih dari 10 tahun lama-nya. Sejak tamat dari SMA di salah satu kota di Jawa, orang tua-ku langsung mengirimku untuk menimba ilmu di sini. Marital status aku sementara ini masih belum menikah, setelah lebih dari 2 tahun lama-nya aku putus hubungan dengan pacar terakhirku. Hubungan kami telah berlangsung lebih dari 5 tahun di Australia, dan terakhir kami sempat menjalankan hubungan jarak jauh (long distance relationship) hampir 6 bulan lama-nya (Indo – Australia), sampai kami sadar bahwa jalan hidup yang kami pilih telah berbeda. Kami putus dengan baik-baik, dan saling menghormati pilihan kami masing-masing. Namun harus aku akui bahwa perasaan sedih, sakit, kecewa, dan kehilangan pastilah ada sejak itu. Tapi sekarang aku dan dia sudah ‘move-on’, and get over with it. Aku sekarang lebih menfokuskan diri-ku terhadap karir, dan juga rencana masa depan aku. Saat ini pula aku sedang menjalankan hubungan kasih dengan kakak bekas pacar-ku ini, dan hubungan kami ini tidak banyak orang yang tau. Kami menjalankan hubungan ini benar-benar ‘backstreet’ dari keluarga-nya. Kami tidak tau bagaimana nanti kalo rahasia ini terbongkar, dan kami yakin suatu hari nanti rahasia ini pasti terbongkar juga antara keluarga-nya yang found out dengan sendiri-nya atau kami yang akan buka mulut sendiri. Begitulah singkat cerita tentang aku sekarang ini. Sekarang aku ingin menceritakan cerita flash back beberapa tahun yang lalu. Sebutkan saja nama bekas pacar-ku Lisa. Umur-nya 5 tahun lebih muda dari aku. Lisa datang dari Jakarta. Orang-nya manis, warna kulit-nya sawo matang, bulu pelipit mata-nya tebal, bibir-nya tipis dan mungil. Dia juga memiliki sepasang sparkling eyes, dan nice & beautiful hair. Aku suka sekali mencium dan membelai rambut-nya kalo dia sedang tidur dia dada-ku. Dia orang yang aku paling aku sayang, dan paling aku treasure saat itu. Frankly speaking, selama 5 tahun berhubungan dengan-nya, kami aktif dalam bercinta secara seksual. I was a virgin, and she was a virgin too. Pengalaman yang tidak pernah aku lupakan seumur hidup aku. Kami bisa bercinta 4 sampai 5 kali dalam seminggu. Tergantung dengan situasi kami. Kami berpacaran ketika jaman kami kuliah, jaman di mana kita masih suka berhappy-happy istilah-nya, jadi kami banyak waktu luang dan tidak ada beban apapun. Pada saat itu aku baru memasuki tahun pertama master degree-ku dan Lisa baru memulai tahun pertama semester dua bachelor degree. Hubungan seksual kami adalah hubungan seksual yang sehat, tiap 1.5 tahun sekali aku selalu menemani Lisa untuk ke clinic untuk check rutin Pap Smear. We were a very happy couple. Lisa memiliki seorang kakak, nama-nya Karen. Karen juga kuliah di sini, dan 2 tahun lebih tua dari Lisa. Jadi basically 3 tahun lebih muda dari aku. Pada waktu itu Karen transfer kuliah dari Jakarta ke Australia. Lisa terlebih dahulu yang kuliah di Australia. Karena aku dan Lisa tinggal bersama sewaktu kami berpacaran, aku tidak keberatan kalo Karen juga tinggal di sini. Kebetulan apartment kami ada 2 kamar, kami sengaja tidak menyewa apartement dengan 1 kamar, dengan alasan kalo orang tua aku atau orang tua Lisa datang berkunjung, mereka tidak akan curiga. Namun orang tua kami telah acknowledged kalo kami tinggal serumah. Jadi kedatangan Karen tidak menjadi masalah buat kami. Tapi Karen pernah berkata sebelum-nya sewaktu di Jakarta dan sesampai di Australia, kalo dia akan tinggal bersama kami sementara sampai dia nanti menemukan tempat tinggal sendiri. Mungkin karena Karen lebih ingin mandiri atau karena dia tidak enak hati, karena apartment itu aku yang tanggung semua. Namun lama-lama Karen mulai betah tinggal bersama kami, karena selain dia tinggal bersama adik kandung sendiri juga karena apartment kami sangat dekat dengan tempat kuliah-nya, dan tepat di dalam daerah metropolitan. Perawakan Karen lebih tinggi dari Lisa, dan warna kulit-nya lebih putih, bibir-nya tipis dan mungil. Tapi mata-nya lebih sipit, dan memiliki warna dan corak rambut yang sama seperti Lisa. Orang-nya sedikit pendiam dibandingkan Lisa. Tapi untung-nya Karen bisa getting along dengan aku, dan dia suka cerita-cerita tentang sehari-harinya di tempat kuliah atau di mana saja. Aku merasa Karen seperti adikku sendiri. Dia pun tidak pernah sungkan-sungkan meminta pertolongan aku, seperti minta diantar ke supermarket atau minta tolong dijemput dari rumah teman-nya sehabis belajar kelompok sewaktu mid-term test atau end of semester exam period. Kami sering pula keluar bertiga, jalan-jalan keluar kota bertiga. Sampai pada akhir-nya Karen punya pacar. Semenjak Karen punya pacar, Karen memutuskan untuk ikut patungan sewa apartment, karena pacar Karen sering datang menginap di apartment kami. Dia merasa sungkan apabila pacar-nya mungkin membuat aku merasa tidak nyaman karena sering menginap. Semenjak pacar Karen sering menginap, banyak kejadian unik yang Karen perbuat, yang membuat aku jadi salah tingkah, dan membuatku pusing kepala juga. Ternyata Karen tergolong wanita yang sexually active. Pernah sewaktu aku dan Lisa pulang dari makan malam, Lisa secara tidak sengaja melihat Karen sedang melakukan hubungan seks dengan posisi Karen di atas (woman on top position), karena pintu kamar Karen tidak tertutup rapat, jadi terintip sedikit oleh Lisa. Dan suara erangan napsu Karen membuat aku dan Lisa pusing. Bukan membuat kami terangsang, tapi merasa risih. Pernah aku berpesan kepada Karen supaya ‘keep-down the voice’, biar aku dan Lisa tidak merasa risih. Tapi sia-sia saja. Sampai pada akhir-nya aku menyuruh Karen untuk memutar music sewaktu berhubungan seks dengan pacar-nya. Kebiasaan Karen sehari-hari menjadi berubah pula. Seperti contoh, biasa-nya Karen lebih suka memakai piyama lengkap setelah mandi. Tapi kali ini Karen selalu memakai daster lengan dan kaki pendek, dan lebih parah lagi tidak memakai bra sama sekali. Jadi kadang-kadang puting susu-nya terlihat jelas menempel daster-nya. Aku sering dibikin risih juga. Tiap kali kami nonton tv, makan, atau ngobrol bareng – aku selalu menjadi salah tingkah. Pernah aku bilang ke Lisa supaya menasehati kakak-nya untuk lebih menutupi daerah itu dengan bra. Namun Lisa hanya menasehati aku kembali untuk tidak ter-focus ke daerah payudara Karen. Sebagai lelaki yang normal, nasehat Lisa sia-sia saja. Sampai pada akhir-nya aku menjadi bosan sendiri dengan kebiasaan baru Karen. Sering juga Karen keluar dari kamar mandi hanya tertutup handuk, atau baru saja berhubungan seks dengan pacar-nya dia cuma memakai kaos pacar-nya yang longgar sampai di lutut dan lewat di depan mukaku menuju ke toilet untuk cuci kemaluan-nya atau kencing. Lama-lama aku semakin terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Aku sudah tidak menghiraukan lagi, selama dia ngga pernah berjalan terlanjang di depan mataku. Pengalaman ini berlangsung selama hampir 2 tahun, sampai pada akhir-nya aku lulus kuliah dan memulai karir pertama aku di suatu perusahaan IT dalam skala kecil. Pada waktu itu Lisa masih duduk di bangku kuliah tahun terakhir. Karen juga telah lulus kuliah-nya, dan dalam masa mencari pekerjaan tetap. Karena susah-nya mencari pekerjaan tetap, untuk membiayai kehidupan sehari-harinya, Karen bekerja casual di cafe dekat kantorku. Jam kerja aku mulai dari jam 8 pagi, dan jam kerja Karen tidak menentu. Kadang-kadang jam 7 pagi, jam 8 pagi atau bahkan jam 12 siang. Tergantung jadwal yang diatur oleh manager-nya. Kalo Karen mendapat jadwal jam 8 pagi, biasa-nya aku dan Karen berangkat bersama-sama. Di sana kami banyak bercerita macam-macam dengan Karen, terutama tentang job hunting-nya dan kondisi frustasi-nya karena susah-nya mendapat pekerjaan tetap. Stress dan frustasi-nya banyak dilimpahkan ke aku, karena pacar-nya kurang bisa mengerti keadaan-nya saat itu. Aku menjadi semakin care dan menjadi teman curhat bagi-nya. Pada suatu hari, di pagi hari. Karen mendapatkan jadwal jam 8 pagi dari manager-nya. Hari itu aku sengaja untuk bangun lebih pagi dari Karen, karena Karen adalah type wanita yang mandi-nya lama sekali. Setelah selesai mandi, aku masuk ke kamar dan melihat Lisa sedang tidur pulas. Aku bersiap diri, mengenakan hem dan jas kerja-ku. Tiba-tiba saja perut-ku terasa mulas, dan aku lari terbirit-birit menuju ke toilet. Untung saja toilet dan kamar mandi di apartment kami terpisah. Setelah selesai dari buang air besar, aku ingin mengambil sabun cuci tangan di kamar mandi kebetulan sabun cuci tangan di toilet sedang habis. Jadi dengan santai-nya aku membuka pintu kamar mandi. Saat itu aku benar-benar terkejut, ketika aku melihat Karen sedang mandi dan terlanjang bulat di bawah deras-nya pancuran air shower. Karen tidak menyadari kalo pintu kamar mandi terbuka lebar, dan aku sedang terpaku memandang tubuh-nya yang basah terlanjang. Jantung aku berdetak dengan kencang, dan rasa-nya aku bisa mendengar dengan jelas detakan keras jantung-ku. www.bennyx.wap.sh Aku berdiri termangu di sana sekitar 10 detikan. Setelah sadar, aku dengan segera menutup pintu kamar mandi itu dengan perlahan agar Karen tidak mendengar. Aku sengaja tidak menutup rapat pintu kamar mandi tersebut, karena sebelum-nya memang Karen tidak menutup rapat pintu itu. Juga mencegah kecurigaan Karen apabila pintu kamar mandi tersebut tertutup rapat. Pada saat itu, hati-ku bergejolak, dan darah-ku mengalir deras naik sampai ubun-ubun kepalaku. Semakin aku pikir, semakin besar keinginan-ku untuk melihat tubuh Karen yang terlanjang lagi. Sampai pada akhir-nya aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi dan mengintip Karen sedang mandi. Tubuh Karen luar biasa padat, dan perut-nya rata. Kulit-nya putih, halus, dan mulus. Sepasang payudara-nya sungguh indah dan ranum, dan warna puting-nya coklat muda. Bulu pubis-nya juga halus, dan tidak begitu lebat. Kulihat Karen sedang menyabuni tubuh mulus-nya, dari payudara terus turun ke perut kemudian ke punggung-nya, terus paha dan bagian kaki lain-nya, sampai pada akhir-nya menyabuni kemaluan-nya. Bukan main kepala-ku semakin pening, dan jantung-ku hampir copot dibuat-nya. Pada saat itu, aku benar-benar penuh dengan napsu birahi. Ingin rasa-nya aku masuk dan mencumbui Karen. Untung akal sehat-ku lebih kuat, aku segera saja menyudahi tontonan erotis itu, dan duduk di sofa ruang tamu sambil memijat dahi kepala-ku. Pening dan pusing sekali kepala-ku. Perlahan-lahan aku mengatur napas-ku, agar detakan jantung aku kembali normal. Selang beberapa lama, Karen keluar dari kamar mandi, dan segera bertanya apakah aku sakit. Aku bilang kepada-nya bahwa tiba-tiba saja kepala-ku pusing, dan bilang kepada-nya mungkin karena cuaca pagi yang dingin. Sejak kejadian di pagi hari itu, aku lebih banyak diam dan salah tingkah terhadap Karen selama perjalanan kami menuju tempat kerja kami. Tidak jarang Karen bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku bilang pada-nya kalo aku baik-baik saja, cuman lagi ngga ada mood untuk ngomong. Mungkin karena baru saja baikan dari rasa pusing. Selama di kantor, aku tidak berhenti-hentinya mengingat keadaan Karen yang terlanjang tadi. Meskipun dulu-nya aku sering melihat paha mulus Karen, payudara Karen dibalik daster-nya yang tipis, tapi kali ini benar-benar mengunjang pikiran dan hati-ku. Aku tidak mungkin bisa menceritakan ini kepada Lisa, karena sudah tidak pantas untuk aku ceritakan. Karena ini akan mengundang perkelahian antara aku dan Lisa. Aku tidak ingin hal ini terjadi. Akhir-nya aku memilih untuk menyimpan rahasia ini dalam-dalam. Aku anggap ini kejadian yang tidak disengaja, dan berusaha melupakan kejadian itu. Memang sulit, tapi aku harus tetap harus berusaha melupakan-nya. Aku tidak ingin menghianati Lisa, dan tidak ingin menjadi seorang pervert. Setelah beberapa bulan lama-nya, aku berhasil melupakan kejadian di pagi hari itu. Aku lebih banyak mem-focuskan diriku terhadap Lisa. Karena selain good for Lisa, juga good for me. Hubungan aku dengan Lisa begitu teguh, dan kokoh. Aku berkeinginan untuk melamar Lisa, memiliki sebuah keluarga bersama-nya. Karena aku begitu menyanyagi dan mencintai-nya. She was the whole world for me. Namun impian dan angan-angan itu tidak berlangsung lama. Seorang paman dari keluarga papa Lisa dan Karen adalah seorang pengusaha yang cukup berhasil. Pengusaha yang banyak berhubungan relasi dengan pemerintah Indonesia. Dia memiliki perusahaan yang banyak berhubungan dengan instansi BUMN seperti minyak bumi, gas alam, dan masih banyak yang lain-nya lagi. Semenjak Lisa tamat kuliah, bujukan dan ajakan orang tua dan paman-nya untuk ikut ambil bagian di dalam perusahan paman-nya di Indonesia telah membuat diri Lisa lambung dan tidak menentu hati-nya. Pilihan untuk meninggalkan-ku beserta teman-temannya telah membebani hati dan pikiran Lisa. Selama berbulan-bulan Lisa terbebani perasaan seperti ini, dan yang paling tidak aku mengerti sampai saat ini, mengapa Lisa tidak mau membagikan beban ini kepada-ku. Dia lebih banyak membuang waktu bersama teman-temannya, dan bercurah hati bersama teman-temannya. Hal ini membuat aku semakin takut kehilangan Lisa. Setiap kali aku bertanya kepada-nya, dia selalu menjawab ‘tidak ada’, dan semakin gencar aku bertanya, itu membuat Lisa semakin marah dan berdiam diri. Aku bingung, dan semakin takut terhadap situasi yang aku hadapi. Aku selalu menyampaikan kepada-nya bahwa aku ingin Lisa tinggal bersama aku di Australia dan menyakinkan kepada-nya bahwa aku bisa sukses di Australia, dan mampu mejamin kehidupan kami berdua. Namun usaha ini sia-sia, karena itu bukan yang paling utama buat Lisa. Yang paling utama buat Lisa, karena orang tua Lisa memiliki share/partnership di perusahaan paman-nya, dan orang tua-nya ingin agar Lisa membantu perusahaan itu. Hal ini sama terjadi pula terhadap Karen, namun Karen lebih berani mengambil keputusan-nya untuk tinggal di Australia, karena Karen lebih menyukai tinggal di sini. Sampai pada akhir-nya aku menyerah juga, aku mengatakan pada Lisa bahwa aku akan mendukung semua keputusan-nya, apapun konsekuensi-nya. Aku mengatakan kepada-nya bahwa aku sangat mencintai-nya, dan akan berbuat apapun yang penting aku bisa membuatnya bahagia, meskipun harus berpisah sementara dengan-nya. Akhir-nya Lisa memutuskan untuk pulang Indonesia dan bekerja dengan perusahaan paman-nya. Mulanya Lisa hanya berencana di sana untuk 2 tahun, dan kembali ke Australia. Namun aku meminta kepada-nya agar mencoba 1 tahun saja. 2 tahun itu terasa lama bagi-ku. Dan juga meminta kepada-nya apabila dia tidak betah tinggal di sana, segeralah kembali ke Australia. Aku tidak ingin menceritakan hari perpisahan-ku dengan Lisa di Airport, karena hari itu ada hari yang paling menyanyat hati-ku. Mengantarkan Lisa ke Airport dengan ketidakpastian akan berapa lama aku berpisah dengan-nya, dan apakah dia akan kembali lagi di sini. Tidak jarang air mata-ku meleleh di depan-nya. Bisa dikatakan bahwa saat itu pula saat terakhir aku melihat diri-nya. Kami menjalanin hubungan jarak jauh (long distance) selama 6 bulan, dan akhir-nya Lisa memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Lisa merasa bahwa dia lebih menyukai kehidupan baru-nya di Jakarta, di mana dia bisa lebih banyak waktu berkumpul dengan orang tua dan semua relatives-nya. Aku dan Lisa sudah berbeda dengan cara pandang hidup kami. Aku lebih memilih tinggal di Australia, karena my whole life started here, dan aku menyukai tinggal di negara ini. Namun hal ini tidak seperti apa yang Lisa pikirkan. Lisa lebih memilih tinggal di Indonesia, karena selain bisa tinggal dekat dengan keluarga-nya, kehidupan dia di sana serba ada. Keluarga Lisa termasuk keluarga yang terpandang, dan bisa digolongkan sebagai keluarga yang kaya. Lisa pernah berkata kepada-ku bahwa kehidupan di Australia termasuk berat untuk-nya, karena tidak ada pembantu seperti di Indonesia. Putus-nya hubungan kami adalah pukulan telak terhadap diri-ku, dan membuat-ku stress dan frustasi selama berbulan-bulan. Napsu makan pun menurun, dan berat badan-ku juga merosot tajam. Aku menjadi cepat kenyang, meskipun hanya makan sedikit saja. Aku lebih banyak menghabiskan waktu-ku dengan merokok. Kebiasaan buruk-ku sebelum berpacaran dengan Lisa. Saat itu rokok adalah teman terbaik-ku. Karen adalah orang yang paling tau jelas dengan keadaan-ku semenjak aku putus dengan Lisa. Karen yang sering menemani aku merokok di balcony apartment malam hari. Meskipun aku tidak bicara apa-apa, Karen dengan setia menemani aku. Dia pun juga shocked dengan putus-nya hubungan-ku dengan Lisa. Karen merasa aku dan Lisa ada couple yang paling perfect, tapi mengapa bisa sampai berhenti di tengah jalan. Aku tidak pernah bermabuk-mabukan, mungkin itulah yang membuat Karen respect kepada-ku. Tiap malam sepulang kerja dari kantor-nya, Karen selalu menelpon-ku menanyakan apakah aku ingin makan sesuatu. Nanti dia bisa belikan atau dia masakin. Aku selalu titip dibeliin sushi, karena selain simple, bisa membuat aku kenyang. Karena aku pun tidak banyak juga kalo makan. Pada suatu hari, kalo tidak salah saat itu hari Kamis bulan August, pertengahan musim dingin di Australia, aku jatuh sakit. Perubahan cuaca yang dingin membuat aku demam tinggi. Aku minta ijin cuti sakit dari kantor selama 2 hari (Kamis & Jumat), dan akan kembali ke kantor lagi hari Senin depan-nya. Badan aku begitu lemas, dan punggung-ku nyeri sekali. Saat itu aku begitu menderita, dan sangat merindukan Lisa. Karena di saat-saat seperti ini, aku pasti akan disayang oleh Lisa, dan pasti akan dirawat dengan baik. Saat itu dari pagi sampe sore, aku tidak makan sama sekali, karena tidak mampu bangun dari tempat tidur. Aku hanya bisa nonton tv saja, itupun karena remote control ada di bawah bantal-ku. Sore hari-nya, aku menelpon Karen. Aku meminta tolong kepada Karen untuk dibelikan obat flu dan demam, juga minta tolong dibelikan bubur dari restaurant Chinese dekat apartement kami.
Mobile site builder free
[-NEXT-]
Dibaca :32898X